Budaya Pulang Mudik
Umumnya masyarakat Indonesia menjelang Lebaran
atau Idul Fitri, rutin pulang ke kampung halaman alias mudik. Mereka tak peduli
betapa pun kesulitan yang dihadapinya untuk mudik lebaran.
Seperti : berdesak-desakkan di kareta, berjubel
di bis, dan kemacetan panjang di perjalanan. Begitu juga kalau memakai sepeda
motor dengan resiko kepanasan dan kehujanan. Semua itu dilakukan dalam rangka
merayakan hari Lebaran di kampung halaman, sekaligus untuk ajang silaturahmi
bersama sanak-keluarga.
Mudik sudah menjadi tradisi dikala lebaran.
Jutaan masyarakat Indonesia yang merantau berbondong-bondong pulang
kampung.
Mudik atau pulang kampung adalah
hal yang dinantikan dan sekaligus merupakan salah satu kebahagiaan tersendiri,
karena mereka senantiasa rindu untuk pulang ke asal muasal yaitu kampung
halaman serta kangen akan kasih sayang dan belaian kasih kedua orang tua
tercinta.
Bukan sekedar budaya masyarakat
Indonesia, tapi sudah menjadi bagian dari tradisi atau sebuah
peradaban kaum muslimin di Indonesia dan negara asia lainnya, serta sudah
menjadi gaya hidup modern orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan,
yang berasal dari daerah lain, yaitu mudik lebaran di kampung, bagian
dari semangat “Menyambut Hari Raya Idul Fitri”.
Saling mengunjungi antar kerabat, antar tetangga dan
teman, adalah bagian dari aktivitas yang rutin dilakukan ketika lebaran.
Dengan aktivitas ini, anggota keluarga dan kerabat saling bertemu,
bahkan berkumpul di satu tempat. Para tetangga pun saling berjumpa satu sama
lain, juga dengan teman-teman yang dikenal. Berangkat dari semua ini, momentum
lebaran tentunya menjadi kesempatan dan kebahagiaan tersendiri bagi kita semua.
Tradisi Mudik dikaitkan dengan Lebaran
Tradisi mudik yang selalu dikaitkan dengan
lebaran, terjadi awal pertengahan dasawarsa 1970-an, ketika Jakarta tampil
sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang mengalami
kemajuan luar biasa. Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Sodikin
(1966-1977), berhasil disulap menjadi kota Metropolitan. Bagi penduduk
kota-kota lain, terutama orang-orang udik, Jakarta menjelma menjadi kota
impian, Jakarta menjadi tempat penampungan orang-orang udik yang di kampung
tidak beruntung dan di Jakarta seolah-olah akan kaya. Lebih dari 80% para
urbans ini datang ke Jakarta hanya untuk mencari pekerjaan. Di Jakarta
eksistensi mereka tenggelam, sementara legitimasi sosial atas keberadaan mereka
juga tak kunjung datang. Itulah sebabnya kehadiran mereka di Jakarta akan dapat
memenuhi harapan hidupnya.
Lebaran adalah momentum yang tepat untuk itu, sebab
pada hari lebaran ada dimensi keagamaan, ada legitimasi seolah-olah lebaran
adalah waktu yang tepat untuk berziarah. Mudik ke kampung halaman adalah
kamuflase dari semangat memperoleh legitimasi sosial dan menunjukkan
eksistensinya.
Itulah awal mula pulang kampung atau mudik menjadi
tradisi yang seolah-olah mempunyai akar budaya. Jadi sesungguhnya,
tradisi mudik lebih disebabkan oleh problem sosial dan sama sekali tidak didasarkan
oleh akar budaya.
Sebagian besar para pemudik itu adalah kelompok
masyarakat menengah ke bawah yang ingin menunjukkan kepada masyarakat udiknya
seolah-olah di Jakarta mereka telah mencapai sukses.
Sesungguhnya mudik lebaran di Indonesia tidak punya
akar tradisi budaya, melainkan lebih disebabkan oleh problem sosial akibat
sistem pemerintahan yang sentralistik dan Jakarta sebagai pusat segala-galanya
pada waktu itu. Mengingat para pemudik sebagian besar adalah mereka yang belum
dapat tinggal dan hidup mapan di Jakarta, maka mudik lebaran menjadi momentum
penting bagi mereka untuk melegitimasi keberadaannya di Ibukota,
menurutnya mereka telah mencapai sukses secara materi maupun sosial.
Terlepas dari latarbelakang munculnya tradisi mudik itu, masalah yang
ditimbulkannya dari tahun ke tahun menjelang dan sesudah lebaran selalu sama.
Persiapan Pemerintah bagi Pemudik
Pemerintah telah menyiapkan sejumlah titik berat
wilayah pengendalian terpadu secara nasional sekaligus sebagai upaya
menyempurnakan penyelenggaraan angkutan lebaran tahun 2012. “Titik berat
tersebut meliputi angkutan jalan pada 12 provinsi yang terdiri atas 44 terminal
termasuk 33 terminal utama dan bantuan, angkutan kereta api pada 9 daop dan 3
divre, angkutan sungai danau penyebrangan pada 7 lintasan utama, angkutan laut
pada 52 pelabuhan, dan angkutan udara pada 24 bandara”, kata Dirjen Perhubungan
Darat Kementerian Perhubungan, Suroyo Alimoeso.
Jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor selama
masa angkutan lebaran 2012 diprediksi meningkat 6,16 persen atau sebanyak
2.514.634 kendaraan, meningkat dari jumlah tahun 2011 sebanyak 2.368.720
kendaraan. Sedangkan untuk jumlah mobil pribadi diprediksi meningkat 5,6 persen
sebesar 1.605.299 kendaraan, meningkat dari jumlah mobil pribadi yang mudik
tahun 2011 sebesar 1.520.150 kendaraan.
Untuk mengantisipasi gangguan kelancaran lalu lintas
selama angkutan lebaran di jalur mudik dan balik, Kementerian Perhubungan telah
berkoordinasi dengan pihak-pihak yang tekait, seperti : Kementerian Dalam
Negeri, Pemerintah Daerah dan Kepolisian.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk mudik,
terutama bagi pengendara sepeda motor ataupun kendaraan mobil. Berikut ini
persiapan yang harus dilakukan :
1. Periksalah kondisi fisik kendaraan anda, baik itu motor
maupun mobil;
2. Bagi pengendara sepeda motor, gunakan celana
panjang (diutamakan celana jeans), gunakan jaket yang berwarna terang, gunakan
sepatu yang aman dan tidak membatasi gerak anda, menggunakan sarung tangan dan
masker serta membawa jas hujan.
3. Jangan lupa siapkan obat-obatan untuk pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) dan membawa perkakas motor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar